Suatu
hari, di sebelah timur Sao Paolo, hiduplah seorang cucu dengan neneknya. Nenek
itu sangat baik sekali kepada cucunya. Kebiasaanya adalah membacakan sebuah
cerita untuk sang cucu di sela-sela waktu senggang mereka.
Suatu
hari, Pablo – sang cucu tadi - melihat
neneknya sedang menulis sesuatu di meja kerjanya. Ia pun menghampiri neneknya
dan bertanya,
“Nenek,
apakah nenek sedang membuatkan sebuah cerita lagi untukku?” Ujar Pablo kepada
Nenek Dolores.
“Betul
sekali cucuku, aku sedang menuliskan cerita untukmu” Ujar Nenek Dolores.
“Cerita
apakah itu nek? Sepertinya seru sekali.” Tanya Paolo dengan penuh antusias.
“Ini
tentang pensil yang sedang nenek pegang ini.” Jawab Nenek Dolores.
“Bukankah
itu hanya pensil biasa?” Tanya Pablo heran.
“Itu
tergantung bagaimana kau memandangnya. Ada lima keistimewaan dari pensil ini
yang apabila kau terapkan, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani
hidupmu.”
“Pertama-tama,
dengan antusiasmemu yang begitu tinggi, kau akan bisa melakukan hal-hal besar.
Tapi perlu kau ketahui bahwa ada tangan yang selalu menggerakkan semua ini dan
tangan itu adalah tangan tuhan. Dialah yang selalu membimbing kita sesuai
dengan kehendaknya.”
“Kedua,
sesekali nenek harus berhenti untuk meraut pensil ini. Pensil ini mungkin akan
merasakan sakit, tapi pensil ini selalu yakin bahwa setelah kesakitannya ini,
dia akan menjadi semakin tajam dalam berkarya. Begitu juga denganmu, sebisa
mungkin belajarlah untuk menanggung beberapa penderitaan, sebab setelahnya kau
akan banyak belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.”
“Ketiga,
pensil ini tidak keberatan jika kita menghapus beberapa kesalahan yang telah
dibuatnya. Ini berarti, tidak apa-apa jika kita berani memperbaiki kesalahan
yang telah kita perbuat. Karena setelahnya, kita akan menuju ke jalan yang
bernama keadilan.”
“Keempat,
bagian yang terpenting dari pensil ini bukanlah tampak luarnya, tapi apa yang
ada di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam
dirimu.”
“Dan
akhirnya yang Kelima, pensil ini akan selalu meninggalkan bekas. Begitu pula
apa yang kau lakukan. Kau harus sadar bahwa segala perbuatan yang kau lakukan
akan selalu meninggalkan kesan. Berbuatlah sebaik mungkin, sehingga kesan yang
tertinggal adalah kesan yang baik.”
Pablo menghayati
cerita neneknya hari itu dengan penuh penghayatan, seakan-akan getaran listrik
sedang berlangsung di dalam hatinya, perlahan tapi pasti terpatri dalam otaknya
dan siap membentuk masa depan Pablo di kemudian hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar