Jumat, 18 Februari 2011

Curhatan Alanda Kariza, Buzz Marketing Luar Biasa


Alanda Kariza

Saya masih ingat betapa banyaknya hastag #HelpAlanda membanjiri timeline akun twitter saya pada malam hari sekitar tanggal 9 Februari kemarin. Tidak hanya itu saja, beberapa broadcast massage yang berisi dukungan untuk Alanda beserta URL link menuju laman curhatan Alanda soal kasus perkara yang menimpa ibundanya pun berkali-kali membuat BB saya tak absen berbunyi PING PING. Well, saya jadi penasaran siapa gerangan Alanda Kariza ini? tak lama setelah itu saya pun meng-click URL yang telah di BM oleh salah seorang teman.
 
Sebelumnya, dalam tulisan saya kali ini
saya tidak ingin membicarakan permasalahan hukum yang menimpa Alanda dan keluarganya. Apalagi memberikan pembelaan dan menyalahkan pihak penuntut maupun sebaliknya. Yang ingin saya bicarakan kali ini adalah betapa luar biasanya efek curhatan Alanda dalam blog pribadinya, hingga mampu menarik simpati banyak kalangan, hingga mampu menciptakan suatu buzz marketing yang luar biasa apabila dikaitkan dengan ilmu marketing.


Perlu diketahui, buzz marketing adalah suatu upaya agar produk atau jasa yang kita lanching menjadi perbincangan banyak orang. Proses buzz marketing sendiri bermula dari menarik perhatian konsumen atau media yang membuat produk atau jasa kita layak diperbincangakan. Dalam kasus Alanda sendiri, saya sebenarnya tidak tahu bagaimana awalnya URL link dari laman curhatan Alanda pertama kali menyebar, namun saya memiliki beberapa alasan mengapa URL link curhatan Alanda ini layak untuk disebarkan dan menjadi buzz marketing yang luar biasa.

Pertama, dalam tiga tahun terakhir ini Indonesia sedang dilanda berbagai macam perkara hukum yang “tidak wajar”. Ambilah contoh seorang nenek tua yang musti mendekam di penjara hanya gara-gara mencuri tiga biji cabai di Lumajang, tetapi banyak koruptor yang menilap miliaran rupiah uang Negara masih bebas berkeliaran. Dalam kasus Arga Tirta Kirana yang tak lain ibunda Alanda ini juga terdapat hal-hal yang tidak wajar. Asal boleh tahu, Arga Tirta Kirana hanyalah Kepala Bidang Hukum Bank Century, namun harus menghadapi vonis yang lebih berat daripada dua atasannya yang harusnya lebih bertanggung jawab atas kasus ini yakni Robert Tantular dan Hermanus Hasan Muslim. 

Dalam salah satu kutipan di blognya, Alanda bercerita, “ ’’Kredit komando’’ ini terjadi atas perintah dua orang yang mungkin sudah familier bagi orang-orang yang mengikuti kasus Century melalui berita, Robert Tantular dan Hermanus Hasan Muslim. Dua orang ini sudah ditahan dan seharusnya, menurut saya, kasusnya sudah selesai. Ibu dulu hanya menjadi saksi dalam kasus mereka berdua karena kredit-kredit tersebut cair karena perintah mereka, bukan Ibu. Bahkan, tanda tangan Ibu pun ’’dilangkahi’’. Pertanyaan saya, mengapa Ibu dijadikan tersangka? Nonsens. ”

Pada poin paragraf di atas Alanda mampu menggambarkan keanehan proses hukuman yang menyangkut ibundanya sehingga memuncullah efek buzz marketing yang luar biasa dan menarik untuk diperbincangkan, walaupun orang yang membacanya belum pernah mengenal atau bertemu Alanda sekalipun.

Alasan kedua mengapa curhatan Alanda mampu menjadi buzz marketing yang luar biasa adalah networking yang dimiliki Alanda begitu banyak dan kuat. Perlu diketahui, Alanda Kariza adalah pencetus Indonesian Youth Conference, suatu wadah untuk anak-anak Indonesia yang peduli akan isu-isu global dan perubahan bangsa ke arah yang lebih baik. Dalam komunitas ini Alanda berhasil menjaring banyak sekali pemuda Indonesia yang smart dan peduli akan isu-isu global. Saya jadi curiga, jangan-jangan salah seorang pemuda di Indonesian Youth Conference lah yang pertama kali menyebarkan URL link curhatan Alanda, karena rasa kepedulian mereka akan isu-isu global sangatlah besar, tak terkecuali pada isu hukuman “tidak wajar” yang diterima ibunda Alanda Kariza.

Salah seorang kenalan saya yang pernah tergabung dalam Indonesian Youth Conference pun berkali-kali meyakinkan saya untuk mendukung Alanda dengan menceritakan segala prestasi yang telah Alanda persembahkan untuk Indonesia. Bayangkan coba, apabila seluruh anggota Indonesian Youth Conference menceritakan hal yang sama seperti yang kenalan saya ceritakan kepada saya. Rasa simpati terhadap Alanda pun akan tumbuh bak jamur di musim hujan.

Keceriaan Alanda dan Keluarga akan terasa kurang tanpa kehadiran Ibunda

 
Berkaca pada kasus yang dialami oleh Alanda Kariza dan keluarganya, jauh di dalam lubuk hati saya muncul kegelisahan akan “ketidak wajaran” proses hukum di Indonesia. Dan saya berharap semoga pengadilan yang menangani kasus ini akan bersikap manusiawi dalam mengambil keputusan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar