Waktu kecil, sekitar kelas satu SD, saya sudah memiliki cita-cita kelak ketika saya tumbuh dewasa, saya akan menjadi seorang pengusaha.. yah, pengusaha atau yang biasa orang sebut businessman. Saya masih ingat, ketika kelas satu SD itu, saya sudah gemar berjualan. Saya pernah berjualan ikan cupang dengan sistem bagi hasil dengan teman-teman. Ceritanya, sebenarnya ikan cupang yang saya jual ini bukanlah ikan cupang saya sendiri, melainkan punya temen-teman yang sudah bosen sama ikan cupangnya. Daripada ditelantarkan, mending dijual saja dan sayalah yang menjualkan. Lalu apa untungnya buat saya? yah tentu sedikit margin dong buat jajan, hahaha Sayangnya usaha ini musti saya tutup, bukan karena bangkrut, tapi karena malu. Karena waktu itu saya ketahuan oleh teman SD saya kalo saya jualan ikan, hahahaha saya itu anak kecil jualan dianggap memalukan men! beda sama sekarang yang menganggap anak kecil berjualan sebagai kreatifitas.
Kelas tiga SD pun saya pernah membuka perpustakaan mini di depan rumah yang omzetnya cukup banyak buat anak kecil kala itu. Namun akhrinya musti bangkrut juga karena belom ngerti soal manajemen dan proses bagi hasil, hahaha
Potential Entrepreneur |
Tapi sejak duduk di bangku SMPlah kiranya saya baru tahu apa itu istilah Entrepreneur. Kalo orang Indonesia pada umunya mungkin menganggap entrepreneur adalah pengusaha atau businessman, lantas mengapa ada istilah social entrepreneur?
Ternyata selidik punya selidik, entrepreneur itu ngga hanya seseorang yang gemar berbisnis saja untuk mendapatkan profit, tapi juga seseorang yang - dengan kreativitas dan inovasinya - mampu memberikan solusi atas sebuah permasalahan.
Namun menurut beberapa pakar seperti Robbin and Coulter, entrepreneur adalah mereka yang mampu mengali dalamnya peluang dengan menciptakan suatu barang atau jasa yang sekiranya memiliki nilai tambah untuk memecahkan suatu permasalahan. Contoh nih yah, dahulu sebelum adanya facebook, orang sudah puas dengan friendster dan ngga pernah ngerti kalo sebuah jejaring social yang bisa chatting secara real time itu sangat berguna dalam kehidupan mereka. Nah, si Mark Zuckerberg menyadari akan peluang itu makanya dia bikin facebook dengan value added berupa real time chatting kala itu. Sekarang permasalahan orang berkomunikasi melalui social media yang real time terjawab sudah dengan adanya inovasi facebook.
Bicara soal entrepreneur lagi, di kampus saya universitas ciputra, saya senang belajar di sini karena paling ngga ide yang dimiliki oleh mahasiswa ini selalu dihargai oleh semua elemen yang ada di sini. Ngga hanya dosen saja, teman-teman kita pun kebanyakan juga dukung. Contohya ketika dulu saya bikin sebuah konser amal dengan teman-teman lintas jurusan, yang ikutpun banyak banget hingga akhirnya kita bisa bantu sekolah-sekolah yang kena erupsi merapi di jogja.
Selain itu, selama kuliahpun saya punya usaha dengan teman-teman berupa trading company yang bergerak di bidang distribusi kunyit dan kurma. Pernah juga saya mendirikan UD. Berlian Agrijaya - usaha berupa food branding dan melahirkan produk permen bernama Buena yang bisa masuk ke beberapa retailer di Surabaya dan Gresik. Namun sekitar satu tahun terakhir ini saya lebih mendalami industri media dan kreativitas.
Sebenarnya sudah lama sih industri media dan kreativitas ini menjadi passion saya namun baru setahun belakangan ini saya mengaplikasikannya setelah UD. Berlian Agrijaya bangkrut karena kontrak dengan supplier saya habis dan si supplier ngga mau memperpanjang lagi. Then, terpaksa deh saya kembali ke passion, namun akhirnya passion inilah yang mengantarkan saya untuk lebih leluasa mengembangkan minat saya di dunia entrepreneurship.
Pengalaman saya selama ini membawa saya kepada sebuah pemahaman mengapa kebanyakan entrepreneur adalah seorang pengusaha. Karena sadar atau tidak, untuk melakukan suatu usaha kita perlu biaya juga dan cara mendapatkan uang untuk biaya itulah yang harus diperhatikan oleh seorang entrepreneur. Percuma dong kalo kita melakukan sebuah inovasi sekali aja tapi ngga berkelanjutan. Maka dari itu untuk membuat usaha ini berkelanjutan diperlukanlah uang sebagai "bahan bakar" untuk bikin usaha ini tetap bisa berjalan. Sumber uang ini ada banyak kok, bisa modal sendiri, pinjaman, hasil penjualan produk atau jasa usaha hingga dana dari venture capitalist
Bergerak di bidang apapun nantinya anda, sangat penting bagi kita untuk memulai diri sebagai entrepreneur sedini mungkin.
Saya sangat setuju dengan pernyataan Dustin Moskovitz (co-founder facebook serta founder Asana) yang berbunyi :
"Karena kita mulai sejak usia 20-an, kita punya waktu beberapa dekade ke depan untuk mencari tahu apa kemungkinan yang punya dampak terbesar dari sumber (pengetahuan) yang kita miliki."
Bagi anda yang memiliki visi untuk menjadi entrepreneur seperti saya, mari kita manfaatkan umur yang kita miliki ini sedini mungkin untuk banyak melakukan kegiatan yang bersifat entrepreneurial. Walau mungkin masih banyak mengalami masa jatuh-bangun, tetapi pengalaman ini akan membawa dampak besar bagi kehidupkan kita sebagai entrepreneur di masa yang akan datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar