Senin, 10 Desember 2012

Kaizen - Indonesia


Bagaimana Perulangan Bekerja

Tindakan adalah implementasi dari buah pikiran.

Bahkan gerakan yang paling tidak kita sadari sekalipun bisa mengungkapkan siapa diri kita. Itu sebabya semuanya musti kita poles, kita pikirkan tiap detilnya, kita pelajari tekniknya sedemikian rupa hingga menjadi sebuah intuisi. Dan perlu diketahui, intuisi bukanlah rutinitas, melainkan sikap pandang yang melampaui teknik.

Jadi, setelah kita cukup lama berlatih, kita tidak akan berpikir dulu sewaktu mengambil gerakan, sebab semuanya telah menjadi bagian dari eksistensi diri kita sendiri. Tapi untuk bisa menjadi seperti itu, kita musti berlatih dan mengulang-ulang.

Dan kalau itu belum cukup, anda mesti mengulang dan berlatih.

Lihatlah pandai besi yang bekerja. Bagi mata orang awam, kelihatannya ia hanya sekedar memukulkan palunya berulang-ulang.  Tapi seorang kesatria tahu bahwa setiap kali pandai besi mengangkat palu dan memukulkannya, kekuatan pukulannya berbeda-beda. Tangannya mengulangi gerakan yang sama, tetapi sewaktu hampir mendekati logam, tangannya tahu seberapa besar daya yang musti dikerahkan.

Lihatlah kincir angin, kalau hanya sekilas pandang, seolah-olah berputar dengan kecepatan yang sama, mengulangi gerakan yang sepertinya itu-itu saja. Tapi bagi mereka yang tahu tentang kincir angin, sangat tahu bahwa benda itu dikendalikan oleh angin dan berubah arah jika diperlukan.

Tangan seorang pandai besi sudah terlatih karena mengulang gerakan memukulnya ribuan kali, atau bahkan mungkin jutaan. Baling-baling kincir angin akan berputar cepat saat angin bertiup kencang, sehingga gigi rodanya bisa bergerak dengan lancar.

Si pemanah membiarkan banyak anak panah melesat jauh dari sasarannya, sebab dia tahu bahwa dia baru bisa belajar tentang pentingnya busur, postur, tali dan sasaran, kalau dia mengulangi gerakan-gerakannya ribuan kali dan tidak takut membuat kesalahan.

Akhirnya suatu hari nanti ia tak perlu memikirkan gerakannya lagi. Mulai saat itu si pemanah menjadi busur, anak panah dan sasarannya sekaligus.

Mengamati Lesatan Anak Panah

Anak panah adalah niat yang diproyeksikan ke sasaran.

Setelah anak panah dilesakkan, tidak ada yang bisa dilakukan lagi oleh pemanah selain menyaksikannya melesat menuju sasaran. Mulai saat itu, tegangan yang dibutuhkan untuk menembakkan si anak panah tidak dibutuhkan lagi. Kerenanya kedua mata sang pemanah tertuju pada arah lesatan anak panah, lalu hatinyapun teduh dan dia tersenyum.

Kalau ia sudah cukup berlatih dan berhasil mengembangkan intuisinya, kalau ia berhasil menjaga keanggunan dan konsentrasi selama keseluruhan proses melepaskan anak panahnya, saat itulah ia akan merasakan kehadiran alam semesta dan akan dilihatnya bahwa tindakannya itu patut dan layak.

Teknik membuat kedua tangannya siap, pernapasannya mantap, dan matanya terfokus ke sasaran. Intuisi membuat perhitungannya tepat sewaktu melepaskan anak panah.

Orang yang kebetulan lewat dan menyaksikan si pemanah yang kedua tangannya terkembang, matanya mengikuti gerakan anak panah, akan mengira tidak terjadi apa-apa. Tetapi sekutunya tahu, bahwa pikiran si pemanah telah berpindah dimensi dan sekarang telah tersambung dengan seluruh semesta. Pikirannya terus bekerja, belajar tentang hal-hal positif dari tembakannya tadi, membetulkan beberapa kekeliruan yang terjadi, menerima kualitas-kualitasnya yang bagus dan menunggu reaksi sasaran panahnya.

Serasa menarik tali busurnya, seluruh dunia serasa terfokus di dalamnya. Waktu matanya mengikuti lesatan anak panahnya, dunia seolah mendekat dan membelainya, hatinya puas telah menunaikan tugas.

Kesatria cahaya tidak perlu mencemaskan apa-apa lagi setelah menuntaskan tugasnya dan mewujudkan niatnya kedalam gerakan, karena apa yang mesti dilakukan telah dilakukannya. Ia tidak membiarkan dirinya dilumpuhkan rasa takut. Andaipun anak panah itu melesat dari sasarannya, masih ada kesempatan lain baginya untuk membuktikan diri lebih baik, sebab ia bukan pengecut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar